PKI MADIUN 1948
PERJUANGAN TERHADAP ANCAMAN DISINTEGRASI
BANGSA indonesia
Setelah Indonesia medeka terdapat berbagai gerakan di daerah yang dinilai
sebagai suatu bentuk pemberontakan kepada pemerintahan syah Indonesia yang
terjadi pada masa awal kemerdekaan. Pemberontakan-pemberontakan tersebut diantaranya adalah Pemberontakan PKI Madiun
1948, Pemberontakan DI/TII, Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), Pemberontakan
Andi Aziz, Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemberontakan PRRI dan
Permesta, dan Pemberontakan Gerakan 30 September 1965.
I.
PEMBERONTAKAN
PKI MADIUN 1948
Setelah kegagalan Amir Syarifuddin dalam mengatasi masalah Indonesia dengan
Belanda sehingga harus menandatangani perjanjian Renville (wilayah Indonesia
semakin sempit) membawanya membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR), sebuah front yang berideologi sosialis. Pengganti Amir
Syarifuddin adalah Moh. Hatta. Selama Hatta mengupayakan penyelesaian konflik
dengan Belanda, FDR selalu berusaha melakukan kegiatan yang menyebabkan muncul
bentrokan fisik dengan para lawan politiknya. Seperti pada tanggal 5 Juli 1948
kaum buruh yang dibawah pengaruh FDR mengadakan pemogokan di Pabrik Karung Delanggu, Klaten. 5 hari kemudian terjadi bentrokan
dengan Serikat Tani Islam (STII), dimana pemogokan ini ditentang oleh organisasi
tani Masyumi.
Muso
Pada Agustus 1948, Musso (tokoh Komunis yang tinggal di Moskow sejak 1926) kembali ke Indonesia dan memberikan doktrin baru bagi kekuatan komunis di Indonesia yang diberi nama “Jalan Baru”. Keadaan ini membuat Amir Syarifuddin dengan FDRnya bersama dengan Partai Buruh memutuskan untuk bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Melalui
kampanye-kampanye politiknya Musso mengecam kabinet Hatta, menurutnya hanya PKI
yang mampu menyelesaikan revolusi di Indonesia, ia menuduh pemerintahan Hatta
telah membawa Negara Indonesia pada “penjajahan baru” dalam bentuk lain.
Meskipun mendapat kecaman dan tentangan keras dari Musso dengan FDR tetapi
Hatta tetap melaksanakan programnya terutama Rekonstruksi dan Rasionalisasi
Angkatan Perang (Rera). Musso menentang karena dengan program ini menyebabkan
berkurangnya kader komunis di TNI. Tetapi upaya Musso mengalami kegagalan
karena kabinet Hatta didukung oleh partai besar seperti PNI dan Masyumi serta
beberapa organisasi pemuda yang tergabung dalam Badan Perjuangan Seberang di
bawah pimpinan Mr. Latuharhary.
Pertentangan politik tersebut meningkat menjadi insiden bersenjata di Solo
awalnya hanya terjadi antara FDR/PKI dengan komunis (Tan Malaka yang tergabung
dalam Gerakan Revolusi Rakyat). Insiden selanjutnya terjadi antara FDR/PKI dengan pasukan
TNI. Tujuan insiden tersebut adalah menjadikan Surakarta sebagai daerah kacau (wild west), sedangkan daerah Madiun
dijadikan basis gerilya. Sebagai puncaknya pada tanggal 18 September 1948, di
Madiun tokoh-tokoh Madiun memproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia
sehingga terjadi pemberontakan PKI Madiun. Pihak pemberontak berhasil menguasai
kota Madiun dan Radio Gelora Pemuda.
Djokosuyono sebagai gubernur Militer PKI menyatakan bahwa bagian terpenting
dari revolusi adalah membersihkan tentara Republik Indonesia dari golongan
reaksioner dan kolonial. Menurut Musso, Soekarno-Hatta telah menjalankan
politik kapitulasi terhadap Belanda dan Inggris serta hendak menjual tanah air
kepada kaum kapitalis. Padahal persetujuan Renville yang mereka kecam merupakan
hasil tokoh PKI sendiri, yaitu Amir Syarifuddin ketika menjabat sebagai Perdana
Mentri.
Tindakan-tindakan yang dilakukan kaum pemberontak tersebut terlalu anarkis,
seperti mereka menangkap para pejabat pemerintah, perwira TNI, pemimpin partai,
alim ulama yang mereka anggap musuh untuk dibunuh secara besar-besaran. Bahkan
banyak diantaranya yang dimasukkan ke dalam sumur dan dijadikan kuburan masal.
Upaya pemerintah untuk menindak gerakan tersebut adalah dengan mengajak
rakyat Indonesia untuk menentukan sikap memilih Soekarno-Hatta atau memilih
Musso-Amir. Pemerintah melakukan Gerakan Operasi Militer (GOM) I dengan
pemimpin panglima Sudirman yang mengerahkan kekuatan TNI dan Polri dalam rangka
mematahkan kekuatan pemberontak. Operasi ini dapat dilakukan dalam 2 minggu
sehingga pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali
oleh TNI. Para pemberontak lari, dan dalam pengejaran Musso tertembak hingga meninggal. Operasi tersebut dilakukan hingga ke
daerah-daerah lain dan dalam waktu 2 bulan operasi penumpasan ini dianggap
selesai. Tetapi tokoh-tokoh yang tertangkap belum sempat diadili. Hal ini dikarenakan,
pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melakukan Agresi Militer yang kedua
sehingga banyak tokoh PKI yang berhasil lolos. Akan tetapi, Amir Syarifuddin
berhasil ditembak mati.
KEGIATAN 1
Carilah informasi mengenai siapa
sebenarnya Musso? Mengapa keberadaannya memberikan peran penting bagi
terjadinya pemberontakan yang dilakukan PKI di Madiun!
Temukan kebenaran dibalik peristiwa PKI Madiun Ini pula! (Anda dapat melihat Link berikut :
http://faktasejarah.wordpress.com/2011/12/29/dibalik-peristiwa-madiun-1948-peristiwa-sumatera-1956/)
Temukan kebenaran dibalik peristiwa PKI Madiun Ini pula! (Anda dapat melihat Link berikut :
http://faktasejarah.wordpress.com/2011/12/29/dibalik-peristiwa-madiun-1948-peristiwa-sumatera-1956/)
REFLEKSI
Keinginan Muso untuk membentuk republik sosialis komunis di Indonesia perlu direnungkan kembali.
Tindakan yang mereka lakukan memang kurang tepat, meskipun PKI sendiri memiliki niat baik untuk membawa Indonesia dalam kondisi rakyat yang sejahtera semua mendapat perlakuan sama, tidak ada yang menderita.
Tetapi tindakan pemberontakan yang disertai kekerasan tersebut tidak sepantasnya dilakukan di negara merdeka seperti Indonesia ini.
Jadi jika kita menginginkan keadilan tidak perlu selalu dengan kekerasan yang bukan akan menyelesaikan masalah akan tetapi menyebabkan masalah baru.
10 Maret 2015 pukul 18.24
semoga tidak terulang lagi...
13 September 2015 pukul 20.10
Terimakasih, ini sangat membantu untuk tugas :)